Setiap tahun, di Amerika Serikat ada sekitar lima juta anak yang mengalami bentuk pengalaman traumatis. Lebih dari dua juta adalah korban dari kekerasan fisik atau bahkan seksual. Jutaan lainnya hidup dalam suasana kekerasan domestik yang meneror perasaan mereka. Bagaimana dengan di Indonesia? Mungkin lebih parah lagi, karena sebagai negara berkembang, sistem hukum dan sistem pelayanan yang menjamin perlindungan hak asasi manusia belum sematang di negara-negara maju. Akibatnya, angka tingkat trauma anak mungkin lebih tinggi. | ||
Selain kekerasan fisik atau mental yang dilakukan manusia, anak-anak juga bisa mendapatkan trauma dari berbagai hal, seperti bencana alam, kecelakaan lalu lintas, kondisi medis yang mengancam jiwa, prosedur yang menyakitkan, ekspos ke kekerasan dalam lingkungan, dan lain-lain. Pada saat seorang anak mencapai usia delapan belas tahun, kemungkinan anak itu tersentuh secara langsung dengan kekerasan adalah satu banding empat anak. Pengalaman traumatis akan memberikan dampak menyedihkan bagi seorang anak, yang dapat mengubah keadaan fisik, emosional, kognitif, dan peningkatan kemampuan sosial mereka. Kemudian, dampak tersebut bisa merembet ke keluarga, komunitas, dan masyarakat luas�sampai ke kita. | ||
Kejadian traumatis di masa kanak-kanak juga dapat meningkatkan risiko masalah sosial (seperti kehamilan pada remaja, pemakaian obat terlarang saat remaja, kegagalan di sekolah, perilaku antisosial), masalah kejiwaan (seperti stres pascatrauma, kelainan jiwa), dan masalah medis (asma, penyakit jantung, migrain). | ||
Periode pascatraumatis yang akut bisa ditandai oleh usaha yang dilakukan si kecil untuk menata ulang dan mengembalikan dunia mereka yang telah rusak itu. Sayangnya, biasanya anak-anak tidak memiliki kapasitas untuk memahami atau menjelaskan pengalaman-pengalaman yang paling menakutkan bagi mereka. Seperti situasi-situasi pada umumnya, anak-anak mencari jawaban dan perlindungan dari orang dewasa di sekitar kita, bagian di mana kita merasa tidak berdaya dan bingung untuk membantu mereka. Seperti anak-anak, kejadian yang membuat trauma juga berdampak pada orang dewasa. Tetapi meski orang dewasa tidak punya jawaban dari semua pertanyaan di dunia ini, kita dapat menolong anak-anak untuk mengatasi dan memahami kejadian yang menyebabkan trauma tersebut. | ||
Panduan sederhana ini akan memberikan beberapa cara untuk membantu anak-anak menghadapi trauma. Meski ditujukan untuk orang tua, informasi ini juga bisa berguna bagi guru, anggota keluarga lain, atau orang dewasa lain yang bekerja atau hidup dengan anak-anak yang terkena trauma. Semakin kita memahami anak-anak ini dan dampak dari kejadian menakutkan bagi mereka, kita akan jadi lebih bijaksana dan simpatik saat mencoba menolong mereka. | ||
| ||
Jangan takut untuk membicarakan tentang kejadian menakutkan yang telah terjadi kepada anak-anak. Anak-anak tidak akan mengambil keuntungan dari 'tidak memikirkannya' atau 'membuangnya jauh-jauh dari pikiran mereka'. Jika seorang anak merasa bahwa orang-orang yang merawat mereka marah, kecewa, atau sedih akibat kejadian itu, ia takkan membicarakannya. Pada jangka panjang, hal ini akan membuat 'kesembuhan jiwanya' semakin sulit. Yang terbaik adalah menunggu panduan dari anak-anak mengenai kapan kalian harus membicarakan masalah itu. Jika si anak tidak bertanya atau menyebutkannya, Anda juga jangan membicarakannya. Tetapi jika si anak yang memulainya, Anda tidak boleh menghindari diskusi. Dengarkan si anak, jawab pertanyaan mereka, dan berikan dukungan serta kenyamanan. Memang kita seringkali tidak punya penjelasan logis mengenai kematian, atau kejadian-kejadian yang mengerikan. Tetapi boleh-boleh saja mengatakan pada anak-anak bahwa Anda tidak tahu mengapa sesuatu terjadi, atau Anda juga sama bingung dan sedihnya akan kejadian itu. Sejujurnya, mendengarkan dan menenangkan anak-anak tanpa menghindar atau memberikan reaksi berlebihan akan memberikan efek positif yang bertahan lama terhadap kemampuan si anak untuk mengatasi trauma. | ||
| ||
Ya. Informasikan apa yang terjadi pada orang dewasa dan anak-anak lain di sekitar anak Anda. Bicarakan pada guru, konselor, orang tua dari teman anak Anda, dan jika memungkinkan, teman anak Anda, agar mereka tahu rasa sakit yang dibawa oleh anak Anda. Terkadang hal ini akan memberikan anak yang trauma sedikit rasa toleransi, pengertian, dan rasa sayang yang mereka butuhkan untuk melancarkan jalan mereka mengatasi ketakutan mereka. | ||
| ||
Gunakan bahasa dan penjelasan yang sesuai dengan usia mereka. Pemilihan bahasa dan waktu untuk membicarakan kejadian yang menakutkan itu sangat penting. Segera setelah trauma terjadi, anak tidak akan mampu memproses informasi yang kompleks atau abstrak. Ketika kejadian itu sudah semakin menjauh, anak baru bisa memfokuskan diri mereka untuk mencerna dan memahami mengapa hal itu terjadi. Di antara waktu kejadian sampai waktu mereka mulai bisa paham, anak-anak menggunakan teknik mengatasi ketakutan yang berbeda-beda, beberapa di antaranya bisa jadi membingungkan atau menjengkelkan orang dewasa. Pada proses yang panjang ini, anak-anak akan 'mengalami ulang' kejadian traumatis tersebut. Dalam permainan, gambar, dan kata-kata mereka, anak-anak akan mengulangi, memunculkan, dan membangkitkan elemen-elemen dari kejadian traumatis yang telah mereka alami. Orang dewasa akan mendengar anak-anak menanyakan pertanyaan-pertanyaan sama berulang-ulang, kita akan diminta menceritakan penyebab kejadiannya lagi dan lagi. Anak-anak juga mungkin merasakan empati yang sama terhadap pihak lain yang merasakan trauma tersebut, termasuk karakter kartun atau binatang-binatang. "Apakah Miki Tikus takut karena ada gempa?" Atau ketika mereka menyembunyikan boneka mereka di balik tempat tidur, mereka akan menjelaskan, "Penguinku harus bersembunyi, soalnya ada orang jahat yang datang membawa pisau." Anak-anak akan mengalami dan memproses elemen yang sama secara berbeda pada waktu-waktu yang berbeda setelah trauma terjadi. Pada jangka panjang, kesempatan memproses ulang ini akan membuat mereka bisa mengatasi trauma itu dengan sehat. Setiap tahun setelah kejadian yang manakutkan itu terjadi, anak akan 'mengungjungi ulang' perasaan kehilangan dan berusaha untuk memahaminya dari perspektif pertumbuhan mereka saat itu. Perasaan emosional yang intens akan terjadi pada peringatan kejadian buruk itu, misalnya seminggu, sebulan, atau setahun. Anak-anak juga akan merasa takut pada hari-hari yang spesifik berkaitan dengan kejadian buruk tersebut. | ||
| ||
Perubahan perilaku, perasaan, dan pola pikir yang mengikuti kejadian traumatis adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar adalah gejala ekstrim yang tidak juga berlalu. Banyak psikiatris yang bekerja dengan anak-anak trauma mencatat bahwa gejala yang tidak berlalu setelah tiga bulan bisa diasosiasikan dengan meningkatnya risiko. Jika gejalanya antara lain mengulang-ulang kejadian itu, penolakan, gelisah, sulit tidur, mimpi buruk, kesedihan, atau memburuknya interaksi sosial, hal ini harus diatasi secepatnya. Mungkin Anda harus membawa anak-anak tersebut menemui terapis profesional. Perhatikan jika performa di sekolah terganggu, atau ada perubahan pola bermain atau hilangnya minat atas aktivitas tertentu. Anda harus lebih mengawasi, lebih sabar, lebih toleran, dan lebih simpatik. Anak-anak ini telah mengalami ketakutan luar biasa dan disakiti. Pada banyak kasus, bentuk-bentuk gejala pascatrauma dapat berlangsung bertahun-tahun. Lebih dari tiga puluh persen anak-anak yang hidup di tengah tekanan trauma di Amerika Serikat membentuk semacam bentuk post traumatic stress disorder, atau kelainan jiwa akibat stres pascatrauma. Untuk menyembuhkan hal ini diperlukan penanganan profesional di bidang kejiwaan. | ||
| ||
Anak-anak sering membuat asumsi yang salah mengenai penyebab dari kejadian-kejadian besar. Sayangnya, asumsi mereka sering termasuk beberapa perasaan bahwa merekalah yang bersalah atas kejadian itu�termasuk mengenai kematian seseorang. Orang dewasa selalu bisa mengetahui penyebab kematian, misalnya karena kecelakaan mobil, dibunuh oleh perampok, meninggal karena kebakaran, dan lain-lain. Anak-anak yang mengalami kejadian menyedihkan sering mendistorsi kejadian itu dan membuat kesimpulan yang salah tentang penyebabnya. Ibu meninggal dalam kecelakaan mobil karena dia mau menjemput saya di sekolah. Kakak saya meninggal saat mempertahankan tasnya dari pencopet karena ia mau pergi untuk membelikan saya buku. Gempa bumi yang melanda kota adalah cara Tuhan menghukum keluarga kami. Dalam beberapa penjelasan yang terdistorsi ini, anak-anak berasumsi bahwa mereka memikul tanggung jawab dalam beberapa derajat tertentu atas elemen-elemen kejadian traumatis. Hal ini bisa mengarah pada perasaan bersalah yang merusak dan tidak pantas. Sebagai orang dewasa, jelaskan dengan sebaik-baiknya pada mereka. Eksplorasi perasaan anak-anak dalam memahami sebab-akibat. Benarkan dan klarifikasikan jika Anda melihat alasan yang salah yang mereka kembangkan. Seiring berjalannya waktu, kemampuan anak untuk mengatasi kesedihan tergantung pada kemampuannya untuk memahami. Ketika beberapa elemen trauma nampak sulit dimengerti, ini juga bisa dijelaskan pada mereka�bahwa masih banyak hal yang sulit dipahami manusia. Jangan biarkan anak-anak mengetahui bahwa ada rahasia yang ditutup-tutupi tentang kejadian traumatis tersebut�itu bisa sangat destruktif. Biarkan anak-anak tahu bahwa orang dewasa juga sama-sama tidak dapat dan tidak akan paham akan beberapa hal. | ||
| ||
Mayoritas anak-anak yang mengalami trauma akan mengalami perubahan perilaku dan fungsi emosi mereka. Anak-anak ini sering menjadi lebih mudah marah, lelah, dan mengalami kemunduran. Untungnya, pada kebanyakan anak, gejala-gejala ini hanya berlangsung sebentar. Pada umumnya, semakin anak itu merasaa terancam, atau semakin dekatnya mereka kepada kematian atau luka, atau semakin traumanya keluarga mereka, gejala masalah akan semakin jelas terdeteksi. Pada beberapa kasus, gejala - gejala pada anak tidak akan muncul pada beberapa minggu atau bulan setelah kejadian traumats, sehingga membingungkan orang dewasa yang mengasuhnya. Dalam kasus ini, setelah gejala itu muncul beberapa waktu kemudian, orang dewasa di sekitar mereka mungkin takkan mengaitkan gejala itu dengan kejadian traumatis yang telah terjadi. |
Sabtu, 09 Oktober 2010
Menolong Anak Mengatasi Trauma Mental
Jumat, 12 Februari 2010
TRAUMA
Mungkin kesulitan terbesar mereka yang pernah punya pengalaman dikhianati adalah trauma. Trauma adalah ingatan dan kesan buruk yang sulit dilupakan akibat kejadian masa lalu. Kejadian masa lalu berupa pengkhianatan dalam berbagai bidang terutama hubungan atau peristiwa pahit karena ditinggal anak atau orang tua karena meninggal dunia, peperangan berkepanjangan, terkena bom, dsb. Biasanya trauma menyebabkan orang tidak bahagia karena merasa diikat oleh ketakutan dan ingatan yang tidak disukai. Jika anda berjalan di atas pasir, maka akan kelihatan jejak anda. Jejak ingatan lebih sulit hilang. Butuh waktu dan tekad yang besar untuk tidak lagi dikuasainya.
Bayangkanlah jika anda mengalami kecelakaan, luka menganga yang harus dijahit membuat anda ketakutan setengah mati karena bukan hanya lukanya yang mengerikan tetapi jarum jahit yang masuk ke daging anda sudah membuat anda bergidik. Rasa sakit selama penyembuhan luka meninggalkan kenangan yang tidak enak. Ada perasaan perih dan sakit sewaktu anda memandangi luka anda yang dalam proses penyembuhan. nah, setelah anda benar-benar sembuh, anda masih dapat memandangi luka anda dan merasakan sakit yang pernah anda alami selama proses penyembuhan. kadang-kadang pikiran anda ditarik kepada ingatan ketika luka masih terbuka dan jarum jahit masuk ke daging anda. Anda mengernyitkan dahi anda menahan ‘rasa sakit’ masa lalu. Itulah TRAUMA.
Tetapi anda juga dapat memandangi luka anda tetapi tidak lagi mengingat perih dan sakitnya luka tersebut diwaktu yang lalu. Anda bahkan dapat bercerita sambil menunjukkan luka anda, mengosok-gosoknya dan tersenyum. Itulah yang disebut “LEPAS dari trauma”.
Berapa lama trauma akan menggayuti pikiran anda tergantung jenis lukanya dan kejadiannya, tergantung juga pada dukungan di sekitar anda, dan terutama tergantung dari keputusan anda sendiri.
Khusus yang terakhir ini yaitu keputusan anda sendiri adalah faktor terbesar yang paling efektif menyembuhkan trauma anda. Jika anda memutuskan dengan kekuatan yang masih anda miliki untuk tidak mau dikuasai oleh pikiran dan ingatan anda, maka anda akan lebih cepat pulih. Bagaimana caranya? Anda harus mengerti seni “melepas” segala sesuatu yang anda anggap sangat penting dalam hidup anda, serta sedia menerima yang tidak sempurna dan kurang baik. Jika penyebab trauma adalah ketidak setiaan istri atau suami maka anda harus berani ‘melepas’ istri atau suami dalam pikiran anda. Bukan artinya anda harus menceraikan pasangan anda karena perselingkuhannya, tetapi betapa penting untuk mulai berpikir bahwa cepat atau lambat istri atau suami anda akan ‘terpisah’ dari anda atau ‘tidak akan ada lagi’. Paling tidak kematian adalah penyebab perpisahan anda.
Semudah itukah seseorang yang menjadi korban trauma terbebas dari traumanya? Tidak juga. Butuh waktu, tetapi jangan terlalu percaya juga dengan “harus berlama-lama dan tidak mudah” melepas trauma. Karena sekali anda mulai ‘menikmati’ trauma anda, maka terciptalah keyakinan bahwa anda harus memuaskan semua keinginan tahu anda barulah anda bisa sembuh. Itu dusta Iblis!. Dari sekian mereka yang memuaskan keinginan tahunya atas perselingkuhan suaminya, mengalami kehancuran dahsyat yang sulit dipulihkan yang kemudian berakhir dengan perceraian.
Apakah mengetahui detail dan segala sesuatu tentang ‘kejahatan’ pasangan anda akan menyembuhkan anda? Belum tentu! Akan sangat tergantung dari performa karakter dan temperamen anda. Jika anda tipe seorang yang tidak mudah melupakan, sangat memuja kesetiaan dan kesempurnaan, maka kekuatan anda sekejab akan lenyap dan anda tidak kuasa untuk bangkit lagi.
Kepercayan kepada Allah dan ketergantungan anda dalam iman kepada Tuhan harus menyisakan sesuatu yang anda tidak perlu ketahui sebab yang diutamakan adalah cepatnya anda pulih sebelum anda terjerumus pada ‘sakit mental’ yang membahayakan 30 tahun kedepan usia anda. anda akan kehilangan diri anda, bahkan pasangan anda, bahkan anak-anak anda jika anda benar-benar menjadi sakit.
Trauma harus dilepaskan bukan dengan memuaskan keinginan tahu anda. Trauma hanya bisa dilepaskan dengan mengetahui secukupnya lalu menyerahkan sisanya kepada Tuhan. Sebab jika anda dapat mengampuni istri atau suami anda, maka anda akan mendapatkan kembali mereka dan anda mendapatkan hidup anda kembali.
Trauma tidak seharusnya menjadi hantu yang terus menguasai anda! Trauma tidak harus diberi makan oleh berbagai info yang menjadikannya sebagai monster yang tidak terkendali. Anda harus mengendalikannya dan mengusahakannya mati dengan cara tidak memberinya makan. Kembalikan iman anda, dan sandarkan diri anda ke tangan Tuhan yang ajaib. Sebab Ia berkuasa untuk menutupi bagian kosong yang tadinya anda ingin isi dengan keinginan tahu anda. Hanya dengan cara itulah Tuhan dapat menyembuhkan anda!
Bersandarlah pada Tuhan yang tidak berubah!
Langganan:
Postingan (Atom)